Angklung selalu menarik untuk diteliti dari berbagai bidang, salah satunya adalah pada bidang Psikologi.Angklung diyakini memiliki karakteristik-karakteristik unik yang membuatnya mampu mengikuti arus globalisasi dan modernisasi.Karakteristik tersebut diutarakan oleh Daeng Soetigna dengan sebutan 5M, yaitu mudah, murah, menarik, mendidik dan massal. Dengan karakter angklung tersebut, angklung menonjol dalam pembangunan karakter seperti kerja sama, gotong royong, disiplin, kecermatan, ketangkasan, tanggung jawab, dan lain-lain. Kemudian hal tersebut meningkat pada membangkitkan perhatian terhadap musik, mengembangkan musikalitas, rasa ritmik, rasa melodi, rasa harmoni, dan lain-lain (Burda T.). Angklung dapat dimainkan siapa saja dari semua kalangan dan usia, sehingga tidak membutuhkan keterampilan khusus apapun di bidang musik.
Satu buah angklung hanya menghasilkan satu nada, sehingga bila memainkan suatu lagu haruslah menggunakan banyak angklung yang akhirnya akan melibatkan banyak sumber daya manusia pula. Terlibatnya banyak orang dalam memainkan sebuah lagu, mendidik mereka akan pentingnya kerjasama antaranggota kelompok. Karena hal ini pula yang menjadikan setiap individu memiliki peran yang signifikan walaupun seseorang hanya memainkan satu nada dan berperan dengan kadar yang berbeda dalam lagu. Apabila ada satu orang tidak hadir maka akan menghambat proses latihan karena nada yang tidak lengkap sehingga tidak menghasilkan harmoni yang utuh pada lagu yang dimainkan. Untuk itu, ketika bermain angklung setiap orang dituntut untuk mau bekerja sama dengan orang lain untuk menghasilkan sebuah lagu dan akhirnya menampilkannya secara bersama-sama pula. Pada penampilannya, baik buruknya penampilan di mata penonton tidak dipandang sebagai hasil individual, tetapi hasil kelompok yang merupakan gabungan dari peran setiap orang.
Dengan tuntutan tersebut, berlatih angklung ini dapat menjadi sarana yang baik untuk mengembangkan proses perkembangan tim sehingga dapat menjadi sebuah tim yang efektif. Efektivitas tim merupakan hal yang sangat penting agar suatu tim dapat bertahan. Efektivitas tim mengacu pada bagaimana suatu tim mempengaruhi suatu organisasi, individu anggota tim, dan eksistensi tim (R.A. Guzzo dan M. W. Dickson). Efektivitas tim yaitu keadaan dimana suatu tim berhasil mencapai tujuannya, memenuhi kebutuhan dan tujuan anggotanya, dan dapat bertahan seiring berjalannya waktu. Menurut D. W. Johnson (1989), tim yang efektif mempunyai tiga inti kegiatan (1) pencapaian tujuan, (2) mempertahankan hubungan kerja yang baik antaranggota, (3) berkembang dan beradaptasi dalam perubahan situasi untuk memperbaiki efektivitas. Dimensi-dimensi efektivitas kelompok ini adalah Understanding, relevance, and commitment to goals (pemahaman, relevansi, dan komitmen mencapai tujuan), Communication of ideas and feelings (komunikasi akan ide dan perasaan), active participation and distribution of leadership (partisipasi aktif dan persebaran kepemimpinan), flexible use of decision making procedures (prosedur pengambilan keputusan yang fleksibel), encouragement and constructive management of conflicts (dorongan dan manajemen konflik konstruktif), equality of power and influence (kesamaan kekuatan dan pengaruh), high group cohesion (kohesivitas kelompok yang tinggi), high problem solving strategies (strategi pemecahan masalah yang tinggi), high interpersonal effectiveness (efektivitas interpersonal yang tinggi).
Pada proses pelatihan angklung, terdapat tiga inti kegiatan. Yang pertama adalah proses mengajarkan memainkan angklung, ke dua adalah pengenalan nada atau not, dan yang ke tiga adalah berlatih memainkan sebuah lagu dengan menggunakan angklung. Proses pelatihan angklung ini dapat berjalan secara intensif ataupun hanya bersifat satu kali, namun dampak yang dirasakan darinya sangatlah besar. Semakin tinggi intensitasnya, maka manfaat yang diperoleh akan semakin besar, dan hasilnya dapat sampai pada tahap penampilan musik. Awalnya, sekumpulan orang yang bermain angklung, hanya merupakan sekumpulan orang yang mempunyai minat yang sama, kebanyakan yaitu ketertarikan terhadap alat musik angklung. Setiap orang biasanya mempunyai tujuan yang berbeda untuk mengikuti pelatihan angklung. Dalam proses proses pelatihan angklung, yang pertama adalah menjelaskan mengenai sifat dari alat musik ini yang hanya menghasilkan satu nada setiap alat musiknya. Itu artinya, sebelum berlatih memainkan angklung untuk menghasilkan lagu, diperlukan penekanan dari pelatih bahwa setiap pemain harus memperhatikan instruksi pelatih agar memainkan angklung masing-masing di saat atau ketukan yang tepat sesuai nada yang seharusnya ia mainkan. Setelah itu, diajarkan mengenai cara memainkan angklung yaitu dengan cara digetarkan. Memulai dan berhenti memainkannya harus bersama-sama, sesuai dengan instruksi pelatih.Pelatih memberi instruksi memulai dan berhenti menggetarkan angklung secara bersama-sama. Melalui proses ini, setiap peserta ditanamkan mengenai pentingnya peran pemimpin, dalam hal ini pelatih untuk menggerakkan sebuah kelompok. Selain itu juga pemain mulai menanamkan mengenai pentingnya peran kebersamaan dalam memulai sesuatu dalam konteks kerja kelompok.
Tahap selanjutnya adalah pengenalan nada atau not. Pengenalan not ini bisa dilakukan dengan berbagai cara. Dapat dengan cara menunjuk not atau angka yang sudah ditulis, ataupun dengan kode tertentu yang diberi pelatih yang biasa disebut Hand Sing. Setiap pemain diberi tahu nada apa yang dimainkannya, setelah itu diminta bermain di saat kode tertentu diberikan. Pada tahap ini, setiap pemain mulai memahami mengenai pentingnya peranan masing-masing beserta tanggung jawab yang dipegangnya dalam kelompok ini.Setelah pemain benar-benar memahami kode yang diberikan beserta peran angklung yang dimainkannya, barulah dapat melaju ke tahap berikutnya.Tahap yang lebih tinggi adalah berlatih memainkan lagu.Pada tahap ini, pelatih membimbing seluruh pemain untuk bermain sebuah atau lebih lagu. Sebelumnya, antara pelatih dan pemain harus mempunyai komitmen dan pemahaman mengenai tujuan dari proses pelatihan ini, yaitu untuk menghasilkan sebuah lagu bersama-sama. Pada tahap inilah terjadi banyak penghayatan pada pemain dalam hal kerja sama untuk membangun sebuah tim yang efektif.
Awalnya, setiap pemain harus memahami tujuan setiap kegiatan latihan dan membangun komitmen untuk menjalaninya (Understanding, relevance, and commitment to goals). Dalam setiap proses latihannya, diperlukan banyak orang agar setiap nada yang harus ada pada bagian tertentu dapat berbunyi. Biasanya, satu orang memegang tiga sampai lima buah angklung yang berbeda agar setiap nadanya dapat berbunyi lebih dari satu suara. Artinya, jika satu orang tidak hadir, maka tiga sampai lima nada dapat hilang dalam suatu lagu sehingga menghambat proses latihan. Sehingga partisipasi dan peran setiap orang menjadi sangatlah penting (active participation and distribution of leadership). Pada proses ini, timbul penghayatan mengenai pentingnya peran setiap orang dan kerja sama. Untuk itu diperlukan kerekatan atau kohesivitas yang tinggi pada sekelompok orang ini dalam proses latihannya (high group cohesion). Dalam prosesnya, apabila ada kesalahan bermain pada satu atau beberapa orang, maka pelatih akan mengulang bagian tersebut hingga orang yang awalnya belum dapat memainkannya dengan benar, pada akhirnya dapat memainkannnya dengan benar. Pada proses ini, pemain lain yang sebenarnya telah bermain benar harus dengan sabar ikut mengulang suatu bagian untuk memperbaiki teman lainnya, atau di sisi lain, harus menunggu dan tidak bermain saat giliran bermainnya tertunda. Sehingga proses ini sangat menuntut kesabaran dan rasa pengertian setiap pemain dan pelatih sehingga interaksi antarpemain dan pelatih dapat berjalan dengan baik (interpersonal effectiveness). Semakin tinggi intensitas pertemuan dalam proses pelatihan angklung, setiap orang dalam tim semakin saling memahami, menunjukkan potensi yang dimilikinya, saling bergantung, dan saling berusaha menyesuaikan diri. Namun, tentunya konflik tidak dapat terelakkan dalam proses ini. Maka untuk mempertahankan tim diperlukan strategi penanganan konflik yang sesuai untuk tim. Kesesuaian ini hanya dapat tercapai jika pengambilan keputusan dapat membuat tim secara keseluruhan nyaman melalui proses penyampaian ide dan pikiran (Communication of ideas and feelings, high problem solving strategies, encouragement and constructive management of conflict, flexible use of decision making procedures). Tahap yang tertinggi yang merupakan hasil dari pelatihan angklung adalah penampilan. Dalam penampilan ini, setiap pemain berusaha mengeluarkan usaha optimalnya yang telah dipelajari melalui proses latihan. Ketika tampil dan setelahnya, semakin timbul penghayatan dan pemahaman-pemahaman baru dari pengalaman ketika menjalani proses latihan. Selain itu timbul rasa kebersamaan yang kuat dan kepuasan dari hasil kerja keras bersama.
Sekumpulan orang yang awalnya hanya mempunyai minat yang sama, kemudian berkembang menjadi sebuah tim yang efektif melalui proses pelatihan angklung. Dan yang paling menarik adalah, semua ini berjalan dengan apa adanya dan menyenangkan dengan cara yang mudah, murah, menarik, mendidik, dan massal, sesuai dengan karakteristik yang dimiliki angklung.
Mari kita terus mengeksplor potensi dan keunikan angklung yang dapat mendukung berbagai aspek dalam kehidupan sehari-hari kita !!