Tepuk tangan membahana mengakhiri rangkaian Konser Orkestrasi Angklung XII malam itu di Aula Simfonia Jakarta (28/3). Keluarga Paduan Angklung SMA Negeri 3 Bandung (KPA3) telah berhasil untuk kedua kalinya menembus batas antara musik barat dengan musik tradisional Indonesia, angklung, setelah pada tahun 2010 menyelenggarakan Konser Orkestrasi Angklung VIII di tempat yang sama. Tidak hanya dari kalangan guru, siswa, alumni, keluarga, maupun umum, penonton dari mancanegara pun turut memberikan apresiasi tinggi setelah menonton konser tahunan KPA3 ini.
Konser yang bertajuk “Tabula Rasa: Indulge Your Senses” ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang musik klasik dan musik opera yang dibawakan dengan alat musik tradisional Indonesia, bukan dengan orkestra biasa, yang tentu saja merupakan inovasi yang sangat berbeda. Tabula Rasa yang bermakna ‘kertas kosong’ dalam bahasa latin sendiri melambangkan diri manusia ketika baru lahir, dimana segala perasaan dan pengalaman akan dituangkan ke dalamnya di dalam kehidupan manusia.
Siapakah pemusik-pemusik beruntung yang turut berpartisipasi dalam konser ini? Selain 50 siswa siswi SMA Negeri 3 Bandung kelas X, XI, dan XII yang mengenakan gaun gemerlap warna warni serta setelan jas, turut bergabung pula alumni SMA Negeri 3 Bandung yang pernah bermain di Konser Orkestrasi Angklung VIII dalam balutan kostum berwarna ungu. Konser Orkestrasi Angklung XII turut dimeriahkan oleh Christopher Abimanyu sebagai tenor, Regina Handoko sebagai soprano, Rama Widi sebagai harpist, dan Paduan Suara Mahasiswa Universitas Padjadjaran Bandung sebagai choir. Seluruh bintang tamu adalah musisi-musisi terbaik Indonesia yang membuat konser ini semakin precious.
Terdapat dua sesi di dalam Konser Orkestrasi Angklung XII ini. Sesi pertama dibawakan oleh conductor KPA3, Miryam Wedyaswari, seorang mahasiswi S2 Psikologi UNPAD yang telah menjadi conductor KPA3 sejak tahun 2006. Lagu yang dibawakan pada sesi 1 adalah lagu-lagu klasik abad 19-an yang diciptakan oleh musisi-musisi seperti Strauss II, Tchaikovsky, Debussy, Beethoven, dan Schumann. Sesi kedua dibawakan oleh conductor termuda KPA3, Mirna Nurfitriani, seorang mahasiswi S1 Farmasi ITB. Lagu yang dibawakan pada sesi 2 adalah lagu-lagu opera klasik Aria yang diciptakan oleh musisi-musisi seperti Verdi, Bernstein, Puccini, Purcell, dan di Capua. Pada sesi kedua ini KPA3 berkolaborasi dengan para bintang tamu. Rama Widi turut menyumbangkan 2 lagu yang dimainkan secara solo, Regina Handoko turut menyumbangkan drama dan cerita dalam lagu-lagunya, dan Christopher Abimanyu secara singkat langsung membuat penonton terkesiap. Hal ini menunjukkan bahwa angklung sebagai musik tradisional dapat memainkan lagu-lagu klasik dan opera tanpa mengganggu ciri khas dari lagu dan angklung itu sendiri. “Ini adalah pertama kalinya saya bernyanyi diiringi angklung. And it was amazing.” Komentar Regina Handoko pada akhir rangkaian Konser Orkestrasi Angklung XII. Dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya luhur Indonesia, KPA3 terus menyentuh hati pribadi-pribadi melalui getar bambu yang merdu dan akan terus menciptakan harmoni bagi dunia musik baik di tanah air maupun hingga mancanegara. Melalui Konser Orkestrasi Angklung, KPA3 mengharapkan semakin banyaknya pihak yang mendukung pelestarian angklung sebagai warisan budaya yang berharga dari Jawa Barat, Indonesia.(anin)